Mestinya tetap bersyukur
dalam kesendirian, justru Tuhan menemani
dalam keheningan, hati khusyuk tafakur
munajah ke haribaan-Nya
dalam sepinya malam, hati tunduk tawadhuk
melepas seluruh kerinduan
jumpa dengan-Nya
bukan dalam mimpi
bukan dalam ilusi
bukan pula dalam imajinasi
tapi
dalam jiwa yang suci
yang tak pernah sunyi
Mestinya kita bersyukur, meski sendiri
tak pernah terganggu dengkur dan bisikan iri dengki
karena silih bergantinya hari
memberi kesempatan hakiki
bermesra dengan Ilahi
Mestinya kita bersyukur, meski seorang diri
tak lagi bermimpi
tentang kesemarakan dunia yang tak abadi
Tak perlu seorang menemani,
bila hatimu justru sunyi
tak perlu seorang menemani,
jika jiwamu malah mati
tak perlu seorang menemani,
bila harimu malah tak pernah pagi
tak perlu seorang menemani,
bila lidahmu malah kelu
tak perlu seorang menemani,
bila suaramu keluar malah tanpa makna
tak perlu seorang menemani,
jika hidupmu justru menjauh dari Ilahi
tak perlu seorang menemani,
bila semua justru berarti.
Yogyakarta, 10 Desember 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar